Sebahagian dari kita pasti biasa melihat papan tanda larangan tidur di masjid. Malah ada surau dan masjid yang akan mengunci pintu utamanya kerana khuatir ada barang hilang dan hanya akan dibuka kembali apabila tiba masuknya waktu solat.
Walau ada segelintir dari kita merasakan hal ini agak annoying kerana kita terpaksa menumpang di laluan koridornya untuk bersolat tetapi hal-hal larangan ini adalah situasi yang pernah kita lihat di surau atau masjid. Walau tidak semua tapi masih ada pengurusan masjid meletakkan larangan tersebut demi menjaga harta benda dari hilang.
Bagaimana agaknya kalau masjid dibuka 24 jam, siap sediakan kopi dan teh serta tempat untuk orang beristirehat? Ternyata “ajakan cara halus” ini pastinya akan meresap ke jiwa anak muda untuk mendekati masjid. Inilah yang dilakukan oleh Masjid Baiturrahim di Acheh yang dibuka 24 jam untuk masyarakat mendekatinya.
Bacalah perkongsian yang amat baik ini. Ternyata masjid yang dibina dari keringat petani yang menggunakan hasil jualan padi semasa pembinaannya dahulu akan terus mengalir pahala secara berterusan dan diperelok oleh pihak pengurusan masjidnya untuk orang ramai mendekati masjid.
Mungkinkah pendekatan begini perlu dipraktikan di masjid di negara ini?
Ada sahabat kami yang menyarankan seandainya kami mampu membangun masjid.
*Maka kami berpesan ‘bukalah pintu masjidmu 24 jam, agar Engkau tidak malu di hadapan Allah yang telah membukakan pintu ampunan-Nya untuk kita semua disetiap waktu.’
Barangkali ada saudara kita yang ingin beri’tikaf malam atau bertahajjud dan pintu masjid yang dijaga oleh ta’mir tetap terbuka.
**Pesan kedua, Jangan pernah engkau tulis ‘Dilarang Tidur di Masjid‘ karena kamu tidak tahu ada beberapa musafir yang sama sekali tidak punya uang untuk menginap di Hotel/penginapan dan perkarangan lantai depan masjid lah mereka bisa untuk mengistirahatkan kepenatannya.
**Pesan yang ketiga, Jangan pernah kamu tulis ‘Selain jamaah masjid dilarang menggunakan toilet atau Toilet Bukan Untuk Mandi‘.
Mengapa begitu perhitungannya kita dengan musafir, hanya menumpang buang air kecil pun atau untuk membersihkan diri harus dicegah? Padahal ceramah Khotib mengatakan “kebersihan sebagian dari iman”.
**Pesan Keempat, Jangan pernah kamu tulis “Jangan membawa anak kecil”, atau berkata “Hus jangan brisik!” Ketahuilah anak anak kecil itulah yang akan menjadi penerus kita nanti, baik selagi hidup atau sudah wafat. Biasakanlah anak-anak kita dengan masjid.
**Pesan Kelima, ‘Bangunlah masjidmu senyaman mungkin, karena masjid bukan hanya sekedar tempat bersujud‘ tetapi bisa digunakan untuk bermusyawarah, mengurusi masalah ummat, menimba ilmu serta menenangkan hati dan mengistirahatkan dzahir dan batin kita.
**Pesan Keenam, sebelum kuakhiri, bila kamu jadi pengurus masjid, ‘Jangan bangga jumlah infak yang ratusan juta, tapi tidak digunakan untuk kemakmuran masjid’.
Ingatlah!
Orang berinfak ke masjid itu berharap pahala jariyah. Bagaimana mereka akan mendapatkan pahala amal jariyah dan kamu mendapatkan pahala menjaga amanah nya, sedangkan uang infak mereka tidak kamu gunakan, karena kamu hanya bangga dengan ‘total saldo‘ nya saja!
Apakah kamu tahu, di sekitar mesjid ada yang terjerat rentenir demi memulai usaha mikro atau usaha kecil?
Dana yang kamu kumpulkan bisa dikelola oleh BMT.
Permudahlah setiap orang yang mampir ke masjidmu, barangkali karena amal kecil itu bisa menjadi sebabmu ke sorgaNya.
Dan jangan bilang mesjid itu “Rumah Allah” karena kamu atur buka dan tutup mesjid laksana gudang.
(Berbagai sumber)
Photo: Masjid Baiturrahim-Langsa-Atjeh
Sumber : FB Ayu Nasibu